Twitter

Friday, August 17, 2012

Manado Today

Manado Today


Awas! Stres dan Depresi Dapat Mengecilkan Otak

Posted: 17 Aug 2012 02:13 AM PDT

Stres dan depresi

Stres dan depresi ternyata dapat mengecilkan otak

Depresi berat dan stres kronis dapat mengecilkan otak dengan menghalangi pembentukan hubungan saraf baru, menurut hasil sebuah studi.

Efeknya keduanya mengganggu sirkuit yang terkait dengan fungsi mental dan emosi pada seseorang.

Hal ini bisa menjelaskan mengapa orang dengan gangguan depresi menderita kehilangan konsentrasi dan memori, serta tumpulnya respons emosional.

Menurut temuan para ilmuwan, beberapa gen yang terlibat dalam pembangunan sinapsis, yakni titik sambungan antara sel-sel otak, menjadi tertekan pada orang dengan gangguan depresi.

Hal tersebut dianggap berkontribusi untuk penyusutan korteks prefrontal otak, yang diketahui terjadi pada penderita gangguan depresi.

Dikutip dari dailymail, para peneliti di AS menganalisis jaringan otak dari pasien yang meninggal setelah didiagnosa mengidap gangguan depresi.

Mereka menemukan tanda-tanda molekul yang menujukkan kurangnya aktivitas dalam gen yang diperlukan untuk fungsi dan struktur sinapsis otak. Dan bukti-bukti menunjukkan adanya keterlibatan sebuah protein yang disebut GATA1.

Ketika GATA1 diaktifkan, maka aktivitas dari gen akan berkurang dan memicu hilangnya koneksi pada otak.

Pemimpin studi Profesor Ronald Duman, dari Yale University, mengatakan: “Kami ingin menguji bahwa stres menyebabkan hilangnya sinapsis otak pada manusia.”

“Kami menunjukkan bahwa sirkuit yang biasanya terlibat dalam emosi, serta kognisi, terganggu ketika GATA1 diaktifkan.” jelasnya.

Penelitian lebih lanjut pada tikus menunjukkan bahwa ketika GATA1 diaktifkan, hewan tersebut menunjukkan tanda-tanda depresi. Hal ini menunjukkan bahwa hilangnya sinapsis otak mungkin berhubungan dengan gejala depresi serta gangguan mental pada seseorang.

“Kami berharap bahwa dengan meningkatkan hubungan sinaptik, baik dengan obat-obat baru atau terapi perilaku, kita dapat mengembangkan terapi antidepresan yang lebih efektif,” tambah Prof Duman.

Pasar Paling Berbahaya di Dunia Ada di Thailand

Posted: 16 Aug 2012 08:55 PM PDT

Pasar paling berbahaya di dunia

Delapan kali setiap hari, kereta api ini melewati pasar Maeklong di Samut Songkhram, Thailand

Ini adalah sebuah pasar dimana para pengunjung harus selalu waspada terhadap situasi di sekelilingnya, karena delapan kali sehari ada kereta yang melintasi pasar ini.

Seperti kebanyakan pasar tradisional lainnya, pasar Maeklong di Samut Songkhram, Thailand, setiap harinya selalu ramai dengan para pembeli yang melakukan tawar-menawar harga dengan para penjual. Buah-buahan lokal, seperti durian dan mangga, makanan laut yang baru ditangkap, rempah-rempah kering  dan makanan lokal lainnya menghiasi pasar ini.

Namun, pasar yang berjarak sekitar 37 km sebelah barat Bangkok ini dibelah oleh sebuah rel kereta api, membuat para pengunjung pasar harus ekstra hati-hati saat berbelanja, sebab setiap harinya ada delapan kali pasar ini dilewati kereta.

Ketika terdengar suara sirene yang menusuk telinga, dalam sekejap pasar ini berubah, para pembeli menghilang dan pedagang membenahi dagangan mereka agar tidak dilindas kereta api yang melewati pasar itu dengan kecepatan 15 mil perjam.

Setelah kereta api komuter No.4382 dari Mae Klong ke Ban Laem berlalu, semuanya sekejab kembali berjalan normal, seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Golongan Darah Manakah yang Memiliki Resiko Penyakit Jantung Terendah?

Posted: 16 Aug 2012 06:32 PM PDT

blood transfusion 1

(shanghaiist.com)

Inilah salah satu alasan mengapa seseorang harus mengetahui golongan darahnya, karena ini mungkin menjadi petunjuk penting apakah kita mempunyai resiko penyakit jantung.

Seperti yang dilansir oleh TIME, orang yang memiliki golongan darah A, B, atau AB memiliki risiko terkena penyakit jantung sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang memiliki golongan darah O, tipe darah yang paling umum, menurut penelitian yang dirilis pada Selasa (14/08).

Menurut Dr Qi Lu, penulis studi senior dari Harvard School of Public Health di Boston mengatakan, orang yang mengetahui bahwa mereka memiliki resiko yang lebih tinggi terkena penyakit jantung, mungkin akan lebih termotivasi untuk melakukan perubahan untuk menurunkan resiko tersebut.

“Kita tidak bisa mengubah golongan darah, tapi kita bisa mengubah gaya hidup,” kata Qi.

Studi baru ini melibatkan sekitar 90.000 pria dan wanita dalam dua studi observasional yang mencakup lebih dari 20 tahun. Ketika digabungan, 4.070 orang mengembangkan penyakit jantung. Para peneliti menganggap usia dan faktor lain seperti makanan, minum, sejarah keluarga dalam serangan jantung, dapat berkontribusi pada penyakit jantung.

Dalam studi ini ditemukan bahwa peningkatan resiko penyakit jantung untuk golongan darah tipe A adalah 8 persen, tipe B sebesar 11 persen; dan golongan darah tipe AB sebesar 20 persen.

Sementara studi ini tidak meneliti bagaimana tipe darah dapat mempengaruhi risiko penyakit jantung, namun para peneliti telah menunjukkan beberapa karakteristik dari berbagai jenis dapat menjadi faktor. Misalnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa golongan darah dapat mempengaruhi kadar kolesterol atau meningkatkan resiko terjadinya pembekuan darah.

Penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal Arteriosclerosis, Thrombosis and Vascular Biology, dari American Heart Association.

Qi menambahkan bahwa apapun jenis darahnya, setiap orang harus memperhatikan faktor resiko yang dapat mereka rubah, termasuk merokok, berat badan, tingginya kadar kolesterol, tekanan darah tinggi serta gaya hidup.

Diketahui, tipe O adalah golongan darah yang paling umum di dunia, diikuti oleh tipe A, tipe B dan tipe AB.

Dan menurut Palang Merah Amerika, sekitar 45 persen kulit putih, 51 persen kulit hitam, 57 persen Hispanik dan 40 persen orang Asia memiliki golongan darah O.

0 comments:

Post a Comment