Twitter

Friday, June 15, 2012

Manado Today

Manado Today


Veteran Perang Amerika Ini, Lulus Perguruan Tinggi di Usia ke-85

Posted: 15 Jun 2012 05:21 AM PDT

Joseph Pinsky graduate

Joseph Pinsky lulus dari perguruan tinggi pada usia 85 tahun

Joseph Pinsky, selalu ingin menulis pada aplikasi pekerjaan bahwa ia merupakan lulusan perguruan tinggi. Dan sekarang, hampir tujuh puluh tahun setelah kembali dari masa tugas di Filipina selama Perang Dunia II, ia akhirnya bisa melakukan hal itu.

Veteran berusia 85-tahun tersebut menerima gelarnya dari Kingsborough Community College di Brooklyn, New Yoerk, pada Selasa (12/06), menurut laporan CBS New York.

“Itu adalah pengalaman. Dari semua anak muda, saya adalah satu-satunya orang tua yang lulus.” tuturnya kepada Huffington Post.

Pinksy lulus dari sekolah tinggi di tengah-tengah Perang Dunia II. Dia kemudian menghabiskan dua tahun sebagai anggota “Seabee” di batalion konstruksi angkatan laut AS, yang bertugas membangun kamp-kamp, mengoperasikan kereta api, dan alat-alat berat di Filipina.

Usai masa tugasnya pada 1946, Pinksy bekerja di sebuah perushaan ritel selama 15 tahun. Kemudian, menempuh karir dengan Layanan Pos AS selama 36 tahun sebagai juru tulis dan kemudian diangkat menjadi supervisor.

“Selama keluarga saya dapat makan, memiliki pakaian dan tempat tinggal, hanya itu yang saya pedulikan. Itulah arti hidup bagi saya, itulah alasan mengapa saya bekerja.” tambahnya.

Ketika pensiun, istrinya Rosalind, mengatakan bahwa dia harus kembali ke sekolah.

Pinsky mengatakan ia menikmati belajar semua mata pelajaran, tapi ia menemukan bahwa psikologi dan meteorologi adalah yang paling menarik.

Cina Berjanji Hukum Pelaku Aborsi Paksa Feng Jianmei

Posted: 15 Jun 2012 04:07 AM PDT

korban aborsi paksa

Feng Jianmei dipaksa menggugurkan kandungannya yang berumur 7 bulan

Pihak berwenang China telah bersumpah untuk menghukum pejabat yang memaksa seorang wanita yang hamil tujuh bulan untuk melakukan aborsi, dalam kasus yang telah memicu kemarahan dunia atas metode yang digunakan untuk memaksakan aturan keluarga berencana yang ketat.

Pejabat di Cina memaksa seorang wanita bernama Feng Jianmei (20), untuk melakukan aborsi di sebuah rumah sakit yang terletak di provinsi barat laut Shaanxi pada bulan Juni, menurut laporan media pemerintah.

Kasus ini menarik perhatian media nasional dan kemarahan micro blogger Cina, setelah suaminya memposting gambar secara online, yang memperlihatkan Feng bersama dengan bayi perempuannya yang diaborsi berada di tempat tidur rumah sakit.

Menurut kantor berita Xinhua, pejabat perencanaan keluarga mengatakan bahwa Feng telah memberikan persetujuannya untuk aborsi, sebab ia sudah memiliki seorang putri berusia 5 tahun, yang membuatnya melanggar aturan yang membatasi sebagian besar pasangan perkotaan untuk hanya memiliki satu anak.

Pemerintah kota meminta maaf kepada Feng dan kemudian menskors tiga pejabat, termasuk kepala biro perencanaan keluarga, menurut laporan Xinhua.

Cina telah menggunakan kebijakan keluarga berencana yang ketat sejak tahun 1970 untuk mengontrol populasinya, yang sekarang berada di angka 1,34 miliar.

Para pejabat telah lama dikenal memaksa perempuan untuk melakukan aborsi untuk memenuhi target tingkat kelahiran.

Zhang Kai, seorang pengacara yang berharap dapat mewakili Feng, mengatakan kepada Reuters melalui telepon bahwa ia tidak diizinkan masuk ke rumah sakit untuk menemuinya.

“Menurut pemahaman kami, dia dipaksa agar memberi tanda tangannya,” kata Zhang, sambil menambahkan bahwa ia sedang melakukan pembicaraan dengan keluarganya atas kasus hukum melawan pemerintah.

“Ini adalah kejahatan dan mereka harus bertanggung jawab secara pidana. Tujuan kedua adalah untuk memastikan pihak yang terlibat mendapatkan kompensasi yang relevan,” tambahnya.

Berdasarkan aturan, pasangan perkotaan hanya diperbolehkan untuk memiliki anak kedua jika orang tua sama-sama adalah anak tunggal, dan ada pembatasan lebih longgar pada pasangan  pedesaan, yang berarti banyak yang memiliki lebih dari dua anak.

Ditampar Guru, Siswi AS Tuntut Ganti Rugi US$ 1 Juta

Posted: 15 Jun 2012 01:24 AM PDT

malibu

(TMZ)

Dionne Evans (15) siswi kelas 9, mengajukan permohonan ganti rugi kepada  Santa Monica-Malibu Unified School, dan menuntut total ganti rugi sebesar US$ 1.010.000 juta, dimana  US$ 1 untuk rasa sakit dan penderitaan, serta US$ 10 ribu untuk biaya psikologisnya.

Menurut dokumen itu, guru yang melakukan pemukulan kepada Evans dengan menampar wajahnya beberapa kali pada tanggal 22 Mei lalu, didepan teman-teman kelasnya… dengan menggunakan adegan dari film “Bridesmaids” sebagai inspirasi.

TMZ melaporkan bahwa sekolah sekarang memiliki 45 hari untuk menyelesaikan masalah tersebut, atau Evans dapat mengajukan gugatan, yang menyeret sekolah tersebut ke pengadilan.

Pihak LAPD saat ini sedang melakukan investigasi kriminal. sedangkan pihak NAACP melakukan penyelidikannya sendiri atas kasus ini.

Pandangan sekolah tersebut terhadap insiden itu, hanya melihat bahwa sang guru cuma “menepuk” Evans, dan tidak memiliki rencana untuk menjatuhkan cuti administratif kepada sang guru itu.

Astaga! Anak 5 Tahun Dipaksa Oral Seks dan Yoga Telanjang di India

Posted: 15 Jun 2012 12:32 AM PDT

Anak-anak yang kebanyakan berusia antara lima dan 10 tahun, dipaksa oral seks dan melakukan yoga di telanjang di rumah penampungan Rohtak, digerebek oleh Komisi Nasional Perlindungan Hak Anak (NCPCR) awal Mei. Dimana seorang narapidana ditemukan positif mengidap HIV.

Ini adalah bagian dari laporan yang disampaikan oleh dua anggota advokat, Anil Malhotra dan Sudeepti Sharma, dari panel penyelidikan yang dibentuk oleh pengadilan tinggi Punjab dan Haryana, setelah pengerebekan di Apna Ghar, yang dijalankan oleh LSM.

Jaswanti Devi, yang menjalankan rumah itu ditangkap. Sekitar 101 tahanan rumah tersebut dikirim ke berbagai rumah perlindungan di Haryana setelah penangkapan Jaswanti dan kaki tangannya.

Dikutip dari timesofindia, laporan, tersebut mengatakan bahwa sebagian besar gadis-gadis dipaksa “menikah,” dan melakukan hubungan fisik dengan pria.

Panel menemukan seorang wanita yang dipindahkan dari Apna Ghar ke rumah perlindungan di suatu daerah yang berdampingan, positif terkena HIV.

“Beberapa anak-anak antara lima dan 10 tahun mengeluhkan pelecehan seksual, termasuk oral seks, oleh putra mertua Jaswanti, yatu Jai Bhagwan dan supirnya Satish,” kata laporan itu sambil menambahkan abhwa Satish memfilmkan para anak-anak tersebut ketika mereka melakukan yoga “telanjang”

Kebanyakan gadis mengatakan bahwa Satish akan membawa mereka ke hotel dimana polisi menyerang mereka secara seksual.

Panel meminta pengadilan untuk menyerahkan kasus tersebut dari Kepolisian Haryana kepada lembaga independen untuk penuntutan, pemeriksaan menyeluruh dan pengadilan terdakwa.

Langgar Kebijakan Satu Anak, Wanita Cina Dipaksa Gugurkan Kandungan di Usia 7 Bulan

Posted: 14 Jun 2012 11:21 PM PDT

diaborsi paksa saat hamil 7 bulan

Feng Jianmei diaborsi paksa saat hamil 7 bulan

Sebuah foto yang menujukkan seorang wanita muda berbaring di samping bayinya yang telah digugurkan secara paksa saat kehamilannya memasuki usia tujuh bulan, telah menyebabkan kemarahan di Cina.

Gambar yang menunjukkan wanita dan bayinya yang ditutupi darah mengejutkan kelompok anti-aborsi di Cina, dan menyulut amarah di seluruh dunia.

Sang ibu, Feng Jianmei, mengatakan kepada media lokal bahwa ia secara paksa disuntik dengan bahan kimia untuk mengaborsi anaknya, yang kemudian lahir mati 36 jam kemudian.

Menurut Feng, aborsi paksa itu dilakukan karena dia sudah mepunyai seorang anak, dimana otoritas lokal yang mengontrol kelahiran memerintahkan dia untuk membayar denda sebesar 4.000 pound.

Akibat tidak punya uang, tim dari otoritas perencanaan keluarga lokal di provinsi Shannxi datang menjemput Feng dari rumahnya, dan kemudian membawanya ke rumah sakit untuk aborsi paksa.

Feng mengatakan kepada departemen perencanaan keluarga bahwa dirinya tak mampu membayar denda tersebut, sebab ibu mertuanya butuh uang untuk pengobatan kanker. Dan saat itulah, otoritas memulai aksi mereka melawan dia.

Menurut penuturannya, sekitar 20 staf dari departemen perencanaan keluarga datang ke rumahnya dan menempatkannya dalam tahanan. Dan ketika mereka mengantarnya ke rumah sakit untuk aborsi paksa, dia mulai menolak dan membuatnya dipukuli.

Di rumah sakit dimana ia ditahan, Feng diberikan suntikan untuk mematikan janin yang dalam kandungannya. Tak satu pun dari keluarganya diizinkan untuk hadir pada masa traumatis ini, katanya.

Sontak saja, kemarahan kemudian menyebar ke seluruh kelompok anti-aborsi di Cina, namun pihak berwenang membantah keras cerita Feng tentang peristiwa tersebut.

Li Yuongjou, wakil kepala departemen keluarga Ankang, mengatakan kenyataannya adalah bahwa ‘Feng tidak dipaksa untuk menggugurkan kandungannya’.

“Banyak dari kita mencoba selama berhari-hari untuk mendidiknya. Dia sendiri yang menyetujui aborsi itu.” tutur Li yang dikutip dailymail.

Dia menambahkan bahwa di Cina aborsi diperbolehkan hingga janin berusia 28 minggu, dan bahwa tindakan mereka ini tidak ilegal.

Media setempat mengatakan kemungkinan besar bahwa Feng telah disuntik dengan bahan kimia yang umum dikenal sebagai Lifannuo, sebuah bakterisida kuat yang digunakan di akhir 1980-an dan awal 1990-an ketika kebijakan satu anak China ditekankan oleh pihak berwenang.

Tidak diketahui bagaimana Feng berhasil memperoleh foto dirinya di samping bayinya yang diaborsi, tetapi kelompok anti-aborsi mengatakan mereka yakin foto-foto itu adalah asli.

0 comments:

Post a Comment