Twitter

Tuesday, February 14, 2012

RUMAH ANAK BANGSA

RUMAH ANAK BANGSA


FETISISME

Posted: 13 Feb 2012 02:05 AM PST


Fetisisme Perguruan Tinggi di Indonesia Menuju "Peng-Aku-an" World Class University[1]
Oleh : Fredrik Lamser*
Is this a real life? Is this just fantasy? ….. Open your eyes! - Queen
Meminjam istilah Lacan, fetis, dapat dikatakan, sebagai fantasi yang terkandung dalam penggunaan bahasa (World Class University / WCU) menjadi hasrat yang membuat subyek (perguruan tinggi/universitas) menjadi subyek yang fetis.  Berbagai perguruan tinggi yang mulai menempelkan label WCU pada status identitas dan pengembangan pendidikan Indonesia adalah fetis. Seperti yang tertulis pada teori Lacan, fetis diartikan sebagai "subyek yang tak selesai", fetis masuk di dalam kategori perfersi yang mana sebuah kondisi terjebak (lantas putus asa mencari jalan keluar).
Subyek yang fetis akan selalu memegang erat-erat satu-satunya bahasa yang ia miliki karena ini satu-satunya jalan untuk mendapatkan phallus. Dengan kata lain, universitas-universitas ini hanya dijadikan perhiasan (baca: phallus) bagi Negara. Jadi, tidak mengherankan apabila pembangunan besar-besaran secara fisik adalah sebagai target universitas. Mungkin, memang karena terlanjur terselimuti kebanggaan akan memiliki gedung yang mewah nan megah, mereka tak berpikir bahwa ini hanya agenda Negara untuk merias diri (membuat phallus-nya sebesar mungkin) dan bukan untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia.
Subyek yang fetis merasa telah mencapai hasratnya, menjadi sesuatu yang dihasrati dengan bahasanya, padahal belum. Ada sebuah ketidaksampaian di sini. Ada jarak antara fantasi mereka dengan bahasa yang mereka gunakan karena subyek yang fetis memiliki cenderung mengulang-ulangi (satu-satunya) bahasa yang mereka tahu. Bayangan "para mereka" tentang yang internasional ini sama sekali salah. Tidak harus membangun dengan cara yang bombastis untuk menjadi internasional (ditemani Agnes Monica satu suara: "kita harus go internasional!"). Yang seharusnya ditekankan di institusi pendidikan, adalah kualitas pendidikan. Sebagai subjek dalam wacana Lacanian, pembangunan perguruan tinggi menghadapi keterbatasan cara, sehingga hanya menekankan pada pembangunan fisik yang lebih bisa dilihat secara visual. Perguruan tinggi yang fetis pada pembangunan fisik ini masih berada pada posisi sebagai phallus yang diduduki oleh negara sebagai penentu kebijakan dan berbagai pendiktean internasional.
Dalam analistik teoritik Lacanian, terapat tiga tahapan yaitu, pertama, tahapan the real adalah ketika bayi (subyek) baru saja dilahirkan, kedua, tahapan the imaginary, atau fase cermin, yang mana si bayi sudah dapat membedakan dirinya dengan orang lain. Orang lain dalam konteks ini adalah ibu (mOther dalam istilah Bruce Fink), dan ketiga, tahapan the symbolic, pada tahap ini, si anak benar-benar asing dengan dirinya dengan hadirnya Other yang lebih berkuasa dari the mOther. Dengan kehadirannya, the Other, Nama-Sang-Ayah berdasarkan istilah Lacan, si anak terpisah dengan si ibu dan tersambung dengan komunitas sosial yang lebih luas.
Subyek ($) adalah universitas-universitas di Indonesia. Negara adalah tempat tumbuh-kembang sebuah universitas yaitu Negara sebagai mOther. Pihak Ayah Simbolik, yang harus memberi Nama-Sang-Ayah pada $, adalah institusi-institusi asing/internasional yang jauh lebih kuat dari Negara. Standarisasi satu bahasa identitas World Class University inilah menjadi salah satu dari Nama-Sang-Ayah yang diberikan pada $.
Dan mengenai perdebatan definisi World Class University, merujuk pada hasil riset studi dari Levin, Jeong dan Ou (What is World Class University? Paper for The Conference Of The Comparative and International Education Society, Honolulu, Hawaii, March, 16,2006) tentang definisi world class university yang mereka kumpulkan dari beberapa literatur menyatakan bahwa memang tidak ada definisi yang pasti tentang World Class University.
Tak pelak, institusi-institusi pendidikan yang dianggap bermutu adalah institusi-institusi yang berhasil merengkuh standar "Peng-Aku-an" World Class University ala internasional. Apakah demikian? Ataukah itu hanya demi kepentingan pasar dan mendapat donor besar (karena adanya otonimisasi)?


[1] Disampaikan dalam forum diskusi Rumah Anak Bangsa, UNESCO Course Jl. Brawijaya Pare, Kediri, JawaTimur, Indonesia, 10 Februari 2012.
*Mahasiswa Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 comments:

Post a Comment