Twitter

Wednesday, April 11, 2012

Menjadi pribadi yang bermanfaat

Menjadi pribadi yang bermanfaat


Syarat-syarat Istighfar dan Etika-etikanya

Posted: 11 Apr 2012 11:14 AM PDT

Istighfar yang diterima oleh Allah SWT harus memenuhi syarat-syarat dan etikanya; yaitu, antara lain:

1. Syarat yang pertama adalah: niat yang benar dan ikhlas semata ditujukan kepada Allah SWT. Karena Allah SWT tidak menerima amal perbuatan manusia kecuali jika amal itu dilakukan dengan ikhlas semata untuk-Nya. Allah SWT berfirman:

    "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus" [QS. Al Bayyinah: 5].

Dan sabda Rasulullah Saw :

    "Seluruh amal perbuatan manusia ditentukan oleh niatnya. Dan orang yang beramal mendapatkan balasan atas amalnya itu sesuai dengan apa yang diniatkannya". Hadits muttafaq alaih.

2. Syarat kedua adalah: agar hati dan lidah secara serempak melakukan istighfar. Sehingga tidak boleh lidahnya berkata: aku beristighfar kepada Allah SWT, sementara hatinya ingin terus melakukan maksiat. Dari Ibnu Abbas r.a. diriwayatkan, ia berkata: "orang yang beristighfar kepada Allah SWT dari suatu dosa sementara ia masih terus menajalankan dosa itu maka ia seperti orang yang sedang mengejek Rabbnya!"

Rabi'ah berkata: istighfar kita butuh kepada istighfar lagi! Jika istighfar kita hanya dengan lidah saja, tidak disertai dengan hati.

3. Di antara adab yang melengkapi istighfar itu adalah: agar ia berada dalam keadaan suci, sehingga ia berada dalam kondisi yang paling sempurna, zhahir dan bathin. Seperti dalam hadits Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. (dan apa yang diucapkan oleh Abu Bakar itu adalah benar adanya) meriwayatkan kepadaku bahwa ia mendengar Rasulullah Saw bersabsda:

    "Tidak ada seseorang yang berbuat dosa, kemudian ia bangun dan bersuci serta memperbaiki bersucinya, kemudian ia beristighfar kepada Allah SWT, kecuali Allah SWT pasti mengampuninya" [Al Hafizh berkata: hadits ini diriwaytkan oleh Ahmad dan yang empat dan Ibnu Hibban mensahihkannya. Fathul Bari: 11/ 98. Sedangkan dalam Jami' Shagir dinisbahkan kepada Abi Daud dan Tirmizi. Sementara Al Albani menyebutkannya dalam Dha'if al Jami' (5006)]. Kemudian Rasulullah Saw membaca ayat :

    "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui" [QS. Ali Imran: 135].

Dalam hadits Abu Bakar secara marfu' dikatakan:

    "Tidak ada orang yang dianggap terus melakukan dosa jika ia langsung beristighfar dan meminta taubat, meskipun dalam satu hari ia dapat mengulang (dosa itu) sampai tujuh puluh kali " [Dalam Fathul Bari: Hadits dikeluarkan oleh Abu Daud dan Tirmizi juga].

4. Di antara adab itu adalah: agar ia ber istighfar kepada Allah SWT, dan ia berada dalam kondisi takut dan mengharap. Karena Allah SWT menyifati diri-Nya dengan firman-Nya:

    "Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya" [QS. Ghafir: 3].

Dan firman Allah SWT :

    "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" [QS. Al Maidah: 98].

    "Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia sekalipun mereka zhalim, dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar sangat keras siksaan-Nya" [QS. ar-Ra'd: 6].

    "Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" [QS. al Hijr: 49].

Ayat-ayat semacam ini banyak, dan seluruhnya menanamkan keseimbangan dalam hati antara takut dan mengharap. Tidak ada yang merasa aman dari balasan Allah SWT, kecuali mereka yang merugi. Dan tidak ada yang putus asa dari rahmat Allah SWT kecuali orang-orang kafir.

Oleh karena itu orang yang melakukan dosa tidak seharusnya meninggalkan istighfar, sebanyak dan sebesar apapun dosa yagn telah ia perbuat. Karena ampunan Allah SWT lebih besar dari dosanya itu, rahmat-Nya lebih luas, dan ampunanNya lebih besar.

Dalam hadits qudsi yang terkenal, yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Dzar dari Nabi Saw dari Rabbnya Azza wa Jalla:

    "Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa pada malam dan siang hari, dan Aku mengampuni dosa-dosa seluruhnya, maka minta ampunlah kepada-Ku niscaya Aku ampuni kalian ".

5. Di antara adab itu adalah: agar ia memilih waktu yang utama. Seperti saat menjelang subuh. Seperti firman Allah SWT :

    " Dan yang memohon ampun di waktu sahur" [QS. Ali Imran: 17].

    "Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)" [QS. adz-Dzariaat: 18].

    Dan ketika anak-anak Ya'qub berkata kepada ayah mereka: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)". Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" [QS. Yusuf: 97-98].

Para mufassir berkata: beliau menunda istighfar itu hingga waktu menjelang subuh, karena pada saat itu, doa lebih dekat untuk dikabulkan, jauh dari ria, lebih bersih bagi hati, dan ia adalah waktu tajalli Ilahi pada sepertiga terakhir dari waktu malam.

6. Di antara adab itu adalah: istighfar dalam shalat. Pada saat bersujud, sebelum salam atau setelah salam.

    Rasulullah Saw telah mengajarkan Abu Bakar untuk mengucapkan sebelum salam: "Wahai Allah, sesungguhnya aku telah berbuat zalim kepada diriku dengan kezaliman yang banyak, dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau, maka ampunilah daku dengan ampunan dari-Mu, dan kasihilah aku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi ampunan dan Maha Penyayang ".

7. Di antara adab itu adalah: agar ia berdo'a bagi dirinya sendiri dan bagi kaum mu'minin, sehingga ia masuk dalam kelompok mereka, semoga Allah SWT menyayanginya dan mengampuninya dengan berkah mereka dan dengan masuk dalam kelompok mereka.

Oleh karena itu kita dapati para nabi tidak hanya ber istighfar kepada diri mereka. Namun juga bagi diri mereka, bagi kedua orang tua mereka, serta bagi kaum mu'minin dan mu'minat seperti terdapat dalam do'a Nur dan Ibrahim serta nabi-nabi lainnya.

Di antara do'a Nuh itu adalah:

    "Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan" [QS. Nuuh: 28].

Dan dari do'a Ibrahim adalah:

    "Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang -orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)" [ QS. Ibrahim: 41].

8. Di antara adab itu adalah: agar ia berdo'a dan ber istighfar dengan redaksi yang disebutkan dalam al Quran dan sunnah. Karena ia adalah redaksi yang terbaik, paling besar nilainya, paling luas maknanya serta paling merasuk dalam hati. Berbeda halnya dengan redaksi-redaksi doa dan wirid lain yang dibuat oleh manusia, di sana tidak ada kemanusiaan susunan kalimat al Quran serta keindahan kata-kata yang digunakan dalam hadits.

Dan dalam ber istighfar dan berdo'a dengan al Quran dan hadits itu mendapatkan dua balasan:

    Balasana doa dan istighfar.
    Balasan mengikuti al Quran dan sunnah.

Di antara redaksi-redaksi doa al Quran adalah; doa yang diucapkan oleh Adam, Nuh, Ibrahim dan nabi-nabi serta rasul-rasul yang lain. Di antaranya adalah:

    "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi" [QS. al A'raaf: 23].

    "Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali, " Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami Ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" [QS. al Mumtahanah: 4-5].

    "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum kafir " [QS. Ali Imran: 147].

    "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang" [QS. Al Hasyr: 10].

    "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu"; maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti" [QS. Ali Imran: 193].

Dan dalam hadits terdapat do'a dengan redaksi yang bermacam-macam. Di antaranya adalah sayyidul istihgfar yang telah kami sebutkan sebelumnya. Di antaranya adalah:

    "Wahai Tuhanku, ampunilah kesalahanku, kebodohanku serta tindakanku yang berlebihan dalam urusanku".

Di antaranya adalah:

    "Ya Allah, jauhkanlah daku dari kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara Timur dan Barat. Ya Allah, sucikanlah aku dari kesalahanku dengan air, salju dan embun. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahan seperti baju yang putih dibersihkan dari kotoran". Diriwayatkan oleh Bukhari dari Abi Hurairah dan diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim dari A'isyah. Dan adalah Rasulullah Saw berdo'a dengan do'a itu setelah takbiratul ihram dalam shalat, serta sebelum membaca surah Al Fatihah.

Di antaranya adalah:

    "Ya Allah, ampunilah kesalahanku, luaskanlah rumahmu dan berilah keberkahan dalam rezekiku". diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmizi serta ia menilainya sebagai hadits hasan, dan Abu Ya'la serta periwayat yang lain dari Abi Musa.

Sumber :  http://media.isnet.org/


Share

Gubernur Zuhud Yang Menjadi Kuli Di Pasar

Posted: 11 Apr 2012 11:09 AM PDT

Di antara sejumlah peperangan yang paling dahsyat adalah Perang Khandaq. Kala itu kaum Yahudi Madinah melakukan persekongkolan dengan musyrikin Makkah yang terdiri atas berbagai golongan, dan bergabung menjadi satu untuk menghancurkan umat Islam di Madinah.

Blokade dilakukan oleh tentara gabungan itu, didukung dengan sabotase dari dalam oleh orang-orang Yahudi. Umat Madinah sudah mulai dihinggapi kelelahan dan putus asa, kelaparan dan kehilangan semangat, sementara setiap saat tentara musuh bakal menyerbu dengan sengit.

Dalam kekalutan itulah muncul sebuah nama ke permukaan, nama yang tadinya tidak terlalu diperhitungkan milik seorang mualaf muda kelahiran negeri Persia. Ia adalah Salman yang dijuluki al Farisi sesuai tanah tumpah darahnya. Pemuda ini menyarankan agar digali parit panjang dan dalam melingkari kota Madinah.

Rasulullah menyambut gagasan itu dengan gembira. Dan itulah awal kebangkitan semangat umat Islam untuk mempertahankan kedaulatannya dan awal kehancuran musuh-musuh umat Islam.

Sejak itu nama Salman al Farisi mencuat naik. Di zaman pemerintahan Umar bin Khaththab, Salman mendaftarkan diri untuk ikut dalam ekspedisi militer ke Persia. Ia ingin membebaskan bangsanya dari genggaman kelaliman Kisra Imperium Persia yang mencekik rakyatnya dengan penindasan dan kekejaman. Untuk membangun istana Iwan Kisra saja, ribuan rakyat jelata terpaksa dikorbankan, tidak setitik pun rasa iba terselip di hati sang raja.

Di bawah pimpinan Panglima Sa'ad bin Abi Waqash, tentara muslim akhirnya berhasil menduduki Persia, dan menuntun rakyatnya dengan bijaksana menuju kedamaian Islam. Di Qadisiyah, keberanian dan keperwiraan Salman al Farisi sungguh mengagumkan sehingga kawan dan lawan menaruh menaruh hormat padanya.

Tapi bukan itu yang membuat Salman meneteskan air mata keharuan pada waktu ia menerima kedatangan kurir Khalifah dari Madinah. Ia merasa jasanya belum seberapa besar, namun Khalifah telah dengan teguh hati mengeluarkan keputusan bahwa Salman diangkat menjadi amir negeri Madain.

Umar secara bijak telah mengangkat seorang amir yang berasal dari suku dan daerah setempat. Oleh sebab itu ia tidak ingin mengecewakan pimpinan yang memilihnya, lebih-lebih ia tidak ingin dimurkai Allah karena tidak menunaikan kewajibannya secara bertanggung jawab.

Maka Salman sering berbaur di tengah masyarakat tanpa menampilkan diri sebagai amir. Sehingga banyak yang tidak tahu bahwa yang sedang keluar masuk pasar, yang duduk-duduk di kedai kopi bercengkrama dengan para kuli itu adalah sang gubernur.

Pada suatu siang yang terik, seorang pedagang dari Syam sedang kerepotan mengurus barang bawaannya. Tiba-tiba ia melihat seorang pria bertubuh kekar dengan pakaian lusuh. Orang itu segera dipanggilnya; "Hai, kuli, kemari! Bawakan barang ini ke kedai di seberang jalan itu." Tanpa membantah sedikitpun, dengan patuh pria berpakaian lusuh itu mengangkut bungkusan berat dan besar tersebut ke kedai yang dituju.

Saat sedang menyeberang jalan, seseorang mengenali kuli tadi. Ia segera menyapa dengan hormat, "Wahai, Amir. Biarlah saya yang mengangkatnya." Si pedagang terperanjat seraya bertanya pada orang itu, "Siapa dia?, mengapa seorang kuli kau panggil Amir?". Ia menjawab, "Tidak tahukah Tuan , kalau orang itu adalah gubernur kami?". Dengan tubuh lemas seraya membungkuk-bungkuk ia memohon maaf pada ' kuli upahannya' yang ternyata adalah Salman al Farisi .

"Ampunilah saya, Tuan. Sungguh saya tidak tahu. Tuan adalah amir negeri Madain, " ucap si pedagang. " Letakkanlah barang itu, Tuan. Biarlah saya yang mengangkutnya sendiri." Salman menggeleng, "Tidak, pekerjaan ini sudah aku sanggupi, dan aku akan membawanya sampai ke kedai yang kau maksudkan."

Setelah sekujur badannya penuh dengan keringat, Salman menaruh barang bawaannya di kedai itu, ia lantas berkata, "Kerja ini tidak ada hubungannya dengan kegubernuranku. Aku sudah menerima dengan rela perintahmu untuk mengangkat barang ini kemari. Aku wajib melaksanakannya hingga selesai. Bukankah merupakan kewajiban setiap umat Islam untuk meringankan beban saudaranya?"

Pedagang itu hanya menggeleng. Ia tidak mengerti bagaimana seorang berpangkat tinggi bersedia disuruh sebagai kuli. Mengapa tidak ada pengawal atau tanda-tanda kebesaran yang menunjukkan kalau ia seorang gubernur?.

Ia barangkali belum tahu, begitulah seharusnya sikap seorang pemimpin menurut ajaran Islam. Tidak bersombong diri dengan kedudukannya, malah merendah di depan rakyatnya. Karena pada hakekatnya, ketinggian martabat pemimpin justru datang dari rakyat dan bawahannya.

(Sumber: Kisah Orang-orang Sabar Karangan Nasiruddin M. Ag/Pz)


Share

KEAJAIBAN HUJAN

Posted: 10 Apr 2012 07:19 PM PDT


Hujan merupakan salah satu perkara terpenting bagi kehidupan di muka bumi. Ia merupakan sebuah prasyarat bagi kelanjutan aktivitas di suatu tempat. Hujan–yang memiliki peranan penting bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia–disebutkan pada beberapa ayat dalam Al-Qur'an mengenai informasi penting tentang hujan, kadar dan pengaruh-pengaruhnya.

Informasi ini, yang tidak mungkin diketahui manusia di zamannya, menunjukkan kepada kita bahwa Al-Qur'an merupaka kalam Allah. Sekarang, mari kita kaji informasi-informasi tentang hujan yang termaktub di dalam Al-Qur'an.

Kadar Hujan
Di dalam ayat kesebelas Surat Az-Zukhruf, hujan dinyatakan sebagai air yang diturunkan dalam "ukuran tertentu". Sebagaimana ayat di bawah ini:
"Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)." (QS. Az-Zukhruf, (43):11)

"Kadar" yang disebutkan dalam ayat ini merupakan salah satu karakteristik hujan. Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detiknya. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Hal ini menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus bersirkulasi dalam sebuah siklus seimbang menurut "ukuran" tertentu.

Pengukuran lain yang berkaitan dengan hujan adalah mengenai kecepatan turunya hujan. Ketinggian minimum awan adalah sekitar 12.000 meter. Ketika turun dari ketinggian ini, sebuah benda yang yang memiliki berat dan ukuran sebesar tetesan hujan akan terus melaju dan jatuh menimpa tanah dengan kecepatan 558km/jam. Tentunya, objek apapun yang jatuh dengan kecepatan tersebut akan mengakibatkan kerusakan. Dan apabila hujan turun dengan cara demikian, maka seluruh lahan tanaman akan hancur, pemukiman, perumahan, kendaraan akan mengalami kerusakan, dan orang-orang pun tidak dapat pergi keluar tanpa mengenakan alat perlindungan ekstra. Terlebih lagi, perhitungan ini dibuat untuk ketinggian 12.000 meter, faktanya terdapat awan yang memiliki ketinggian hanya sekitar 10.000 meter. Sebuah tetesan hujan yang jatuh pada ketinggian ini tentu saja akan jatuh pada kecepatan yang mampu merusak apa saja.

Namun tidak demikian terjadinya, dari ketinggian berapapun hujan itu turun,  kecepatan rata-ratanya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika mencapai tanah. Hal ini disebabkan karena bentuk tetesan hujan yang sangat istimewa. Keistimewaan bentuk tetesan hujan ini meningkatkan efek gesekan atmosfer dan mempertahankan kelajuan tetesan-tetesan hujan krtika mencapai "batas" kecepatan tertentu. (Saat ini, parasut dirancang dengan menggunakan teknik ini).

Tak sebatas itu saja "pengukuran" tentang hujan. Contoh lain misalnya, pada lapisan atmosferis tempat terjadinya hujan, temperatur bisa saja turun hingga 400oC di bawah nol. Meskipun demikian, tetesan-tetesan hujan tidak berubah menjadi partikel es. (Hal ini tentunya merupakan ancaman mematikan bagi semua makhluk hidup di muka bumi.) Alasan tidak membekunya tetesan-tetesan hujan tersebut adalah karena air yang terkandung dalam atmosfer merupakan air murni. Sebagaimana kita ketahui, bahwa air murni hampir tidak membeku pada temperatur yang sangat rendah sekalipun.

Pembentukan Hujan
Bagaimana hujan terbentuk tetap menjadi misteri bagi manusia dalam kurun waktu yang lama. Hanya setelah ditemukannya radar cuaca, barulah dapat dipahami tahapan-tahapan pembentukan hujan. Pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahap. Pertama, "bahan mentah" hujan naik ke udara. Kemudian terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul.

Tahapan-tahapan ini secara terperinci telah tertulis dalam Al-Qur'an berabad-abad tahun lalu sebelum informasi mengenai pembentukan hujan disampaikan:
"Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat  hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang di kehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira." (QS. Ar-Rum, (40):48)
Sekarang, mari kita lihat pada tiga tahapan yang disebutkan dalam Al-Qur'an:

Tahap Pertama: " Allah, dialah yang mengirimkan angin….."
Gelembung-gelembung udara yang tidak terhitung jumlahnya dibentuk oleh buih-buih di lautan yang secara terus-menerus pecah dan mengakibatkan partikel-partikel air tersembur ke udara menuju ke langit. Partikel-partikel ini –yang kaya akan garam– kemudian terbawa angin dan bergeser ke atas menuju atmosfer. Partikel-partikel ini (disebut aerosol) membentuk awan dengan mengumpulkan uap air (yang naik dari lautan sebagai tetesan-tetesan oleh sebuah proses yang dikenal dengan "JebakanAir") di sekelilingnya.

Tahap  Kedua : "…..lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadi bergumpal-gumpal….."
Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena tetesan-tetesan air di sini sangat kecil (dengan diameter antara 0,01-0,02 mm), awan mengapung di udara dan menyebar di angkasa. Sehingga langit tertutup oleh awan.

Tahap Ketiga : "….lalu kamu lihat  hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun."
Partikel-partikel air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu mengental dan membentuk tetesan-tetesan hujan. Sehingga, tetesan-tetesan tersebut, yang menjadi lebih berat dari udara, meninggalkan awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Setiap tahap dalam pembentukan hujan disampaikan dalam Al-Qur'an. Terlebih lagi, tahapan-tahapan tersebut dijelaskan dalam runtutan yang benar. Seperti halnya fenomena alam lain di dunia, lagi-lagi Al-Qur'an lah yang memberikan informasi yang paling tepat tentang fenomena ini, selain itu, Al-Qur'an telah memberitahukan fakta-fakta ini kepada manusia berabad-abad sebelum sains sanggup mengungkapnya.




Share

DUNIA ELEKTRON YANG MENAKJUBAN

Posted: 11 Apr 2012 11:04 AM PDT

Sebuah atom, terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang, terdiri dari inti dan elektron yang berputar di sekitar inti.

Proton merupakan inti bermuatan positif dan neutron tidak bermuatan, inti itu sendiri selalu bermuatan positif. Sedangkan elektron yang berputar di sekitar inti sebanyak satu juta kali putaran per detik SELALU bermuatan negatif.
Salah satu karakteristik terpenting yang membuat atom begitu menakjubkan adalah putaran dari electron yang tanpa henti.

Elektron dalam atom, yang tidak pernah berhenti berputar sejak saat penciptaan mereka, TERUS BERPUTAR TANPA TERPUTUS DENGAN KECEPATAN YANG SAMA, tidak peduli berapa banyak waktu berlalu atau dari bagian apa substansi mereka.

Setiap atom memiliki jumlah elektron yang berbeda. Misalnya, hanya ada 1 elektron dalam atom hidrogen, 2 elektron dalam atom helium dan 92 elektron dalam atom uranium.

Elektron-elektron tersebut berputar pada tujuh orbit yang terpisah. Dalam atom yang berat, sekitar 100 elektron didistribusikan di antara tujuh orbit tersebut. Sejumlah elektron berputar dengan kecepatan luar biasa pada orbit yang sama, atau bahkan ada elektron yang menyeberang antar orbit. TETAPI MEREKA TIDAK PERNAH bertabrakan.

Hal Ini adalah salah satu aspek yang paling menakjubkan dari elektron. Tak ada satupun dari seratus atau lebih elektron pada tujuh orbit berbeda, yang berputar satu juta kali tiap detiknya, yang pernah bertabrakan dengan elektron yang lain, berhenti berputar atau putarannya menjadi lambat. Setiap elektron masing-masing mengontrol gerakannya yang menakjubkan itu agar tetap pada jalannya sendiri, dalam harmoni yang menakjubkan, dan telah melakukannya sejak penciptaan alam semesta.

Ada hal lain yang menakjubkan di sini. Agar elektron dapat berputar pada orbit yang berbeda mereka harus memiliki massa yang berbeda, seperti planet-planet. Tapi anehnya semua elektron MEMILIKI MASSA DAN UKURAN YANG SAMA. Hal inilah yang hingga saat ini belum diketahui mengapa tingkat energi dari partikel-partikel identik ini berbeda dan mengapa mereka berputar dalam orbit yang berbeda (padahal massa dan ukurannya sama).
Elektron menempati tempat mereka di orbitnya dengan suatu perintah khusus dan berpindah tempat bila perlu, juga dengan cara yang sama. Mereka terlindungi secara special, maka dengan demikian mereka tidak pernah berbenturan, karena pada hakikatnya mereka berada di bawah kendali tunggal dari Alloh Yang Maha Kuasa, yang Menciptakan dan Selalu Mengawasi mereka setiap saat.

Setiap atom telah diciptakan lebih dari 15 miliar tahun yang lalu dan sampai saat ini masih tetap patuh menjalankan aturan sama yang menakjubkan tersebut.

Selama 15 miliar tahun, tidak ada satupun elektron berputar pada orbit yang salah, tak ada satupun yang merubah kecepatan atau bertabrakan dengan elektron yang lain, karena setiap elektron berada dalam pengetahuan Tuhan kita dan setiap elektron bergerak atas perintah-Nya.

Itu sebabnya, jika dikaji dari sisi pengetahuan dan penciptaan, mulai dari galaksi raksasa hingga ke dunia yang tak terlihat di dalam atom, semuanya adalah satu dan sama. Mereka semua ada karena Tuhan kita Allah memerintahkan mereka untuk  "Jadilah!"

Aku berlindung kepada Alloh dari godaan syetan yang terkutuk
Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", maka jadilah ia. (Surat An-Nahl: 40)





Share

Tatkala Hati Membeku

Posted: 10 Apr 2012 04:50 PM PDT

Pernah nggak kita merenung?, sudah berapa kali kita pernah menangis karena takut pada Alloh Subhanahu wa Ta'ala, merasa ngeri ketika ingat nerakanya atau terkenang dengan bertumpuk-tumpuknya dosa yang pernah kita lakukan? Sudah berapa kali shalat yang kita kerjakan begitu kita nikmati karena kita bisa merenungi makna-makna ayat-ayat Al-Qur'an yang kita baca?……….

Itu tentu sangat sulit!……. mungkin seperti itu jawaban sebagian dari kita. Pernah nggak kita berfikir apa yang menjadi sebab hal itu. Penyebabnya nggak lain adalah bekunya hati kita yang menyebabkan kita sulit untuk menangis serta tidak bisa khusuk dalam shalat.

Berikut ini adalah beberapa penyebab kebekuan hati yang kita alami. Sehingga kalau kita sudah mengetahui penyebabnya, kita bisa menterapi hati kita yang sudah terlanjur cool banget.

Bergaul yang tidak Berfaedah.
Teman punya pengaruh yang signifikan pada diri kita. Dia akan memberikan warna dalam kepribadian kita. Nabi shalallahu 'alaihi wassalam memberi perumpamaan. Teman yang tidak baik itu seperti Pandai Besi, andai tidak terbakarpun, minimal kita, yang mau tidak mau pasti mendapatkan udara yang panas. Karena itu kita harus mampu mengendalikan diri dengan baik agar tidak terjebak dalam pergaulan yang tidak bermanfaat.

Berbicara Yang tidak Perlu.
Sering sekali kita membicarakan hal-hal yang kadang-kadang tidak ada manfaatnya, baik untuk dunia maupun akhirat kita. Hati-hati dengan lisan kita, salah omong urusannya berabe. Apakah kita lupa bahwa Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan lidah hany satu dan telinga ada dua, dengan tujuan yaitu supaya kita lebih banyak diam untuk mendengar daripada bicara.

Namun kita sangat sering melupakan hal ini apalagi kalau sedang asyik berbicara, kita lupa untuk mendengar. Jadi perlu pengendalian kata agar tidak percuma dan sia-sia. Karena itu kebisaan gossip mesti dikurangi dan dihilangkan…..!!!

Memandang Yang tidak Perlu.
Tidak mengatur pandangan yang kita lakukan akan menimbulkan tiga dampak negatif yaitu; Terkena panah Iblis yang beracun. Oleh karena itu Nabi menyatakan, yang artinya: "Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Alloh maka Alloh akan menggantinya dengan yang lebih baik" (HR: Ahmad). Setan masuk seiring pandangan untuk menyalakan api syahwat. Membuat hati lupa dan menyibukkannya sehingga terjerumus ke dalam mengikuti hawa nafsu dan kelalaian.

Berlebih-lebihan dalam Makan.
Imam Syafi'i rahimahulloh mengatakan: "Selama 16 tahun aku hanya pernah kenyang sekali saja, yang akhirnya kumuntahkan. Karena kenyang itu membuat badan terasa berat, hati menjadi keras, kepandaian menjadi hilang, menyebabkan ngantuk dan membuat orang loyo dalam beribadah". (diwan Imam Syafi'I hal. 14). Sehingga makan itu sekedarnya saja, kalau bisa jangan sampai kekenyangan. Tidak sehat dan membuat malas.

Tidur yang Berlebihan.
Coba kita renungkan komentar Nabi shalallahu'alaihi wa salam tentang orang yang tidur satu malam penuh, bangun-bangun sudah pagi tanpa shalat malam "Itulah orang yang telinganya atau kedua telinganya dikencingi syetan." (HR: Bukhari dan Muslim).

Menghina Ulama.
"Daging para ulama itu beracun", demikian pesan para ulama kita. Terlebih lagi bila kita menghina dan menggunjingkan mereka karena karena ilmu syar'i yang mereka miliki. Jadi sebaiknya kita berhati-hati dalam hal ini.

Tidak Membaca Al Qur'an dengan Merenungi Maknanya.
Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya: "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?" (QS: Muhammad: 24).

Orang yang tidak merenungi ayat – ayat Al Qur'an tidak hanya satu atau dua gembok yang mengunci hatinya? Bahkan dalam hati tersebut terdapat banyak gembok. Banyak kan!! Kira-kira ada berapa gembok di hati kita, kalo gitu.

Tidak Merenungi Kematian, Alam Kubur, Surga, dan Neraka.
Nabi memerintahkan kita untuk berziarah kubur, agar kita teringat akan akhirat. Nabi juga memerintahkan untuk banyak mengingat kematian yang merupakan penghancur kesenangan hidup (HR: Abu Daud). Mengapa? Karena mengingat mati adalah mesin penggerak untuk beramal shalih yang ada dalam diri orang beriman.

Tidak Mengkaji Kehidupan Umat Terdahulu Yang Sholeh (Sahabat dan 2 Generasi Setelahnya).
Mereka merupakan manusia terbaik yang dekat dengan masa kenabian. Seluruh keutamaan terkumpul dalam diri mereka. Lihatlah kekhusyua'an mereka dalam shalat, shalat malam mereka, shalat berjamaah mereka, bhakti mereka kepada orang tua, zuhud mereka, antusias mereka dalam mencari ilmu, dan sebagainya. "Siapakah kita dibandingkan mereka?," Itulah kesimpulannya. Karena kurang mengetahui kehidupan mereka, maka hati kita jadi keras, sombong, ujub, udah merasa beramal dan berjasa besar terhadap Islam.

Semoga Alloh Subhanahu wa Ta'ala cairkan hati-hati kita yang mulai membeku karena Dialah yang mengendalikan hati-hati hamba-Nya.

(Sumber Rujukan: Tazkiyatun Nufus, dll)


http://arsipmoslem.wordpress.com/2007/03/17/tatkala-hati-membeku/


Share

Dasyatnya….. Cinta!!!!

Posted: 10 Apr 2012 04:49 PM PDT

"Cinta", layaknya makanan pokok, istilah yang satu ini tidak pernah pudar sepanjang jaman. Selalu hadir dimanapun dan kemanapun kita berpaling. Betapa Dasyatnya Fitnah Cinta…. sehingga orang yang sedang dilanda cinta lazimnya akan terfokus untuk mendapatkan yang dicintainya. Akibatnya, tidak sedikit yang menjadi lalai dari mencintai Alloh serta Rasul-Nya.

Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya: "Patutkah kamu mengambil dia (iblis) dan turunan-turunannya sebagai wali selain daripada-Ku , sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Alloh) bagi orang-orang yang zalim." (QS: Al-Kahfi: 50).

Sesunguhnya seseorang yang bercita-cita tinggi tidak akan terpengaruh oleh cinta yang bisa menghalangi ketenangan, membuat tidur tidak bisa nyenyak, membuat bingung akal pikiran, dan bahkan bisa membuat gila. Betapa sering terjadi seseorang yang sedang dimabuk cinta menghabiskan harta dan mengorbankan jiwa serta kehornatannya demi yang dicintainya. Bahkan ia rela mengorbankan agama dan dunianya.

Cinta sanggup membuat tuan menjadi pelayan, dan penguasa menjadi budak. Anda lihat, banyak orang yang sudah terlanjur masuk dalam jerat cinta ingin keluar darinya. Akan tetapi, hal itu mustahil. Betapa banyak fitnah cinta yang menjebloskan orang-orang yang bersangkutan ke dalam Neraka Jahim, menjerumuskan mereka pada siksa yang sangat pedih, dan membuat nereka meneguk air nereka yang panas mendidih. Wallohu A'lam

(Sumber Rujukan: 'Uluwwul Himmah, oleh Muhammad Ismail Al-Muqoddam; dan Lihat juga; Raudhat Al-Muhibbin wa Nuzhatul musytaqin, oleh Ibnul Qoyyim, hal 182-190; disarikan oleh Gani)


http://arsipmoslem.wordpress.com/2007/05/21/dasyatnya-cinta/


Share

Kematian Datang Tanpa Permisi

Posted: 10 Apr 2012 04:48 PM PDT

Kematian itu milik semua orang. Dan kematian itu datangnya tiba-tiba. Malaikat maut yang bertugas mencabut nyawa itu tidak pernah ber-assalaamu'alaikum atau ber-kulonuwun (permisi) pada orang yang akan ia cabut nyawanya. Kita tidak tahu kapan ia datang, dan jika ia datang pun kita tak bisa menolaknya. Padahal jika kita mati, babak baru hidup kita pun dimulai. Waktu hidup, kita bisa mempersiapkan diri untuk hari kiamat, tapi jika sudah mati, kesempatan itu musnah sudah.

Sudah waktunya kita untuk segera beramal, jangan sampai kita menyesal. Al-Hasan berkata, "Mengherankan. Orang masih sempat tertawa padahal di belakangnya ada kobaran api (neraka), dan masih sempat-sempatnya bersenang-senang padahal kematian dari belakangnya. "

Dalam kenyataannya ada dua macam akhir hidup, yaitu akhir hidup yang baik atau husnul-khotimah dan akhir hidup yang buruk atau su'ul-khotimah. Husnul-khotimah adalah akhir kehidupan seseorang yang beriman kepada Allah dan percaya pada hari berbangkitnya manusia dengan bermodalkan taqwa. Jadi iman dan taqwa adalah faktor utama untuk menuju husnul-khotimah. Dan ketaqwaan yang berujud amal sholih itu adalah wujud dari keimanan. Contoh husnul-khotimah adalah seseorang yang mati dalam memperjuangkan kalimat Alloh Subhaanahu Wa Ta'ala atau sesorang yang akhir amalannya dalam taat pada Alloh Subhaanahu Wa Ta'ala. Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya: "Siapa saja yang mengucapkan 'Laa ilaaha illaLlaah' pada akhir hidupnya untuk mencari ridha Allah, maka ia akan masuk surga. Siapa saja yang berpuasa pada akhir hidupnya untuk mencari ridha Allah , maka dia akan masuk surga. Dan siapa saja yang bersedekah pada akhir hidupnya untuk mencari ridha Allah, maka ia akan masuk surga. "(HR: Ahmad V/391).

Sedangkan su'ul-khotimah ialah apabila sewaktu akan meninggal dunia seseorang didominasi oleh perasaan was-was yang disebabkan keragu-raguan atau keras kepala atau ketergantungan  terhadap kehidupan dunia yang akibatnya ia harus masuk ke neraka secara kekal kalau tidak diampuni oleh Alloh Subhaanahu Wa Ta'ala.

Sebab-sebab su'ul-khotimah secara ringkas antara lain adalah  perasaan ragu dan sikap keras kepala yang disebabkan oleh perbuatan bid'ah (perkara dalam agama yang tidak pernah dituntunkan oleh Nabi shallallahui 'alaihi wa sallam), menunda-nunda taubat, banyak berangan-angan tentang kehidupan duniawi, senang dan membiasakan maksiat, bersikap munafik, dan bunuh diri.

Ibnu Qayyim menyebutkan dari salah seorang saudagar bahwa seseorang di antara kerabatnya sebelum meninggal dunia ditalqin untuk mengucapkan kalimat tauhid, Laa ilaaha illaLlaah. Namun ia justru mengucapkan, " Barang ini murah. Barang pembelian itu bagus. Yang ini begini, yang itu begitu…." dan begitu seterusnya hingga ia mati.

Beliau menyebutkan pula bahwa ada seorang lelaki penggemar musik sedang dalam keadaan kritis lalu ditalqin agar mengucapkan kalimat tauhid, Laa ilaaha illaLlaah. Tetapi ia justru menyenandungkan lagu, "Naanana…naanana…" hingga ia mati.

Ibnu Rajab Al-Hambaly mengutip ucapan Abdul Aziz bin Abu Rawwad sebagai berikut, "Aku pernah melihat seorang lelaki yang dituntun untuk membaca kalimat syahadat menjelang ajalnya. Namun tragisnya, kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya adalah kalimat yang justru mengingkari kalimat syahadat, sehingga ia mati dalam keadaan seperti itu. Ketika  kutanyakan siapa dia sebenarnya, ternyata dia adalah peminum minuman keras" Abdul-Aziz lalu berkata pada para pelayat, " Takutlah kalian dari  berbuat dosa. Sebab dosa-dosa itulah yang mencampakkan dia seperti itu. "

Syaikh Al-Qahthany bercerita, " Pernah aku memandikan mayat. Baru saja kumulai, mendadak warna kulit si mayat berubah jadi hitam legam, padahal sebelumnya putih bersih. Dengan rasa takut aku keluar dari tempat memandikan. Lalu aku bertemu dengan seorang laki-laki. Aku bertanya,"Mayat itu milikmukah ?" Ia jawab, " Ya," Aku bertanya lagi, "Apa ia ayahmu?" Ia menjawab, " Ya." Aku bertanya, " Kenapa ayahmu itu sampai begini?" Ia menjawab, " Sewaktu hidupnya ia tidak sholat." Maka aku katakan kepadanya, " Urusi sendiri ayahmu, dan mandikanlah ia ! "

Ibnu Qayyim berkata, " Abu Abdullah Muhammad bin Zubair Al-Haiany bercerita pada kami, bahwa suatu hari selepas Ashar ia keluar rumah untuk berjalan-jalan di taman. Menjelang matahari tergelincir, ia meratakan sebuah kuburan. Tiba-tiba ia melihat sebuah bola api yang telah menjadi bara dan di tengahnya ada mayat. Dia usap-usap matanya seraya bertanya pada dirinya, apakah hal ini mimpi atau kenyataan. Setelah melihat dinding-dinding kota Madinah, ia baru sadar bahwa hal ini suatu kenyataan.

Dengan rasa takut dan tubuh gemetar, ia pulang. Ketika keluarganya menyuguhi makanan, ia tidak kuasa memakannya. Setelah cari info ke sana ke mari, akhirnya diperoleh jawaban bahwa kuburan itu adalah kuburan penguasa yang zalim yang suka korupsi yang kebetulan mati hari itu."

Kita mohon perlindungan Alloh Subhaanahu Wa Ta'ala dari su'ul-khotimah. Kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita nanti, apakah baik atau buruk. Karena itu hendaknya kita instropeksi diri terhadap iman dan taqwa kita.

Orang-orang sholih zaman dahulu pun takut akan keburukan akhir hidup mereka. Sufyan Ats-Tsaury sering menangis sendiri dan berkata, " Aku begitu takut kalau dalam suratan takdir aku tercatat sebagai orang yang celaka. Atau imanku lepas ketika akan menghadapi maut."

Ketika ajal hampir menjemputnya, Ibrahim An-Nakha-i menangis seraya berkata, " Bagaimana aku tidak menangis pada saat aku menanti utusan Tuhanku, apakah membawa berita bahwa aku ke sorga, ataukah ke neraka ?"

Ketika Abu 'Athi'ah menjelang wafat, ia menangis dan ketakutan. Orang-orang bertanya, " Mengapa Anda ketakutan ?" Dia menjawab, " Bagaimana mungkin aku tidak takut pada detik-detik seperti ini dan kemudian aku akan dibawa ke mana, aku tidak tahu. " Begitulah kehidupan orang-orang saleh terdahulu. Walau pun sudah terkenal kesalehannya, namun tetap saja mereka takut pada su-ul khotimah.

Lalu bagaimana dengan kita ? Sudah pantaskah kita untuk tidak merasa takut akan su'ul-khotimah ? Padahal mereka, para salafush-sholih, yang tentu lebih baik agamanya dari kita pun masih merasa takut akan su'ul-khotimah.

Lalu jika kita ingin mati dengan husnul-khotimah dan tanpa su'ul-khotimah, apa yang harus dilakukan? Simak hadits ini: Dari Ali bin Abu Thalib radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, yang artinya: "Setiap diri yang telah dihembuskan nyawanya, maka Allah telah menentukan tempatnya di surga atau di neraka" Lalu ada seorang shahabat yang bertanya, " Ya Rasululloh, kalau begitu apakah tidak sebaiknya kita pasrah pada apa yang telah ditentukan kepada kita dan kita tidak usah beramal ?" Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda," Beramallah! Masing-masing akan diberikan kemudahan trehadap apa yang telah diciptakan untuknya. Adapun yang termasuk orang-orang yang bahagia, maka Alloh akan memudahkannya melakukan amalan orang-orang yang bahagia. dan adapun yang termasuk orang-orang yang celaka, maka Alloh akan memudahkannya melakukan amalan orang-orang yang celaka." Kemudian beliau membaca firman Alloh: " Adapun orang-orang yang memberikan (hartanya pada jalan Alloh) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami kan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar (QS: Al-Lail: 5-10 )" (HR: Al-Bukhary dan Muslim)

Begitulah jawabannya. Tetap saja kita diperintahkan untuk beramal sholih, walaupun celaka atau bahagianya kita telah ditentukan sejak kita masih di rahim ibu. Sebab siapa saja yang bertaqwa dan beriman,  Alloh Subhaanahu Wa Ta'ala akan memudahkan beginya jalan menuju bahagia. Dan tentu saja kita juga harus menjauhi amal-amal buruk agar Alloh Subhaanahu Wa Ta'ala menghindarkan kita dari jalan yang celaka.

Tentu saja, beramal sholih dan menjauhi maksiat itu ada cara-cara yang jitu untuk melakukannya. Siapa yang mengetahui cara-cara tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan tentu ia akan bahagia. Maka sudah sewajarnya kita berlomba-lomba mencari tahu cara-cara tersebut lewat bertanya, membaca buku-buku agama, dan tentu saja dari materi-materi di majelis pengajian. Wallahu 'Alam.

Sumber :  http://arsipmoslem.wordpress.com


Share

Keutamaan Menjenguk Orang Sakit

Posted: 10 Apr 2012 04:44 PM PDT

Mengunjungi dan membesuk orang sakit merupakan kewajiban setiap muslim, utamanya orang yang sangat jelas hubungannya dengan dirinya, seperti kerabat dekat, tetangga, saudara senasab, sahabat dan yang semisalnya. Menjenguk orang sakit adalah di antara amal shalih yang paling utama yang dapat mendekatkan kita kepada Alloh Subhannahu wa Ta'ala, kepada ampunan, rahmat dan SorgaNya.


Mengunjungi orang sakit merupakan perbuatan mulia, di dalamnya terdapat keutamaan yang sangat agung, pahala yang sangat besar dan ia adalah salah satu hak setiap muslim terhadap muslim lainnya. (HR: Muslim).

Rasululloh shallAllohu 'alaihi wasallam bersabda, yang artinya: "Apabila seorang laki-laki menjenguk saudara muslimnya (yang sedang sakit), maka (seakan-akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan Sorga sehingga dia duduk, apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendo'akannya agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat mendo'akannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba." (HR: At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad shahih).

Terakhir, hendaknya yang membesuk mendo'akan si sakit: "Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membersihkanmu dari dosa-dosa, Insya Alloh." (HR: Al-Bukhari).

(sumber Rujukan: Al-Hadiqatul Yani'ah minal 'Ulumin Nafi'ah, Syaikh Ibrahim bin Jarullah Al-Jarullah)


Share

Pengunjung Terakhir Akan Datang

Posted: 10 Apr 2012 04:41 PM PDT

Sungguh! Ia tak datang karena haus akan hartamu, karena ingin ikut nimbrung makan, minum bersamamu, meminta bantuanmu untuk membayar hutangnya, memintamu memberikan rekomendasi kepada seseorang atau untuk memuluskan upaya yang tidak mampu ia lakukan sendiri.!!  Pengunjung ini datang untuk misi penting dan terbatas serta dalam masalah terbatas. Kamu dan keluargamu bahkan seluruh penduduk bumi ini tidak akan mampu menolaknya dalam merealisasikan misinya tersebut!


Kalau pun kamu tinggal di istana-istana yang menjulang, berlindung di benteng-benteng yang kokoh dan di menara-menara yang kuat, mendapatkan penjagaan dan pengamanan yang super ketat, kamu tidak dapat mencegahnya masuk untuk menemuimu dan menuntaskan urusannya denganmu!!

Untuk menemuimu, ia tidak butuh pintu masuk, izin, dan membuat perjanjian terlebih dahulu sebelum datang. Ia datang kapan saja waktunya dan dalam kondisi bagaimanapun; dalam kondisimu sedang sibuk ataupun sedang luang, sedang sehat ataupun sedang sakit, semasa kamu masih kaya ataupun sedang dalam kondisi melarat, ketika kamu sedang bepergian atau pun tinggal di tempatmu.!!

Saudaraku! Pengunjungmu ini tidak memiliki hati yang gampang luluh. Ia tidak bisa terpengaruh oleh ucapan-ucapan dan tangismu bahkan oleh jeritanmu dan perantara yang menolongmu. Ia tidak akan memberimu kesempatan untuk mengevaluasi perhitungan-perhitunganmu dan meninjau kembali perkaramu! Kalau pun kamu berusaha memberinya hadiah atau menyogoknya, ia tidak akan menerimanya sebab seluruh hartamu itu tidak berarti apa-apa baginya dan tidak membuatnya mundur dari tujuannya!

Sungguh! Ia hanya menginginkan dirimu saja, bukan orang lain! Ia menginginkanmu seutuhnya bukan separoh badanmu! Ia ingin membinasakanmu! Ia ingin kematian dan mencabut nyawamu! Menghancurkan raga dan mematikan tubuhmu! Dia lah malaikat maut!!! Alloh subhanahu wata'ala berfirman, yang artinya: "Katakanlah, 'Malaikat Maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan." (QS: As-Sajadah: 11)
Dan firman-Nya, yang artinya: "Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya." (QS: Al-An'am: 61)

Kereta Usia

Tahukah kamu bahwa kunjungan Malaikat Maut merupakan sesuatu yang pasti? Tahukah kamu bahwa kita semua akan menjadi musafir ke tempat ini? Sang musafir hampir mencapai tujuannya dan mengekang kendaraannya untuk berhenti? Tahukah kamu bahwa perputaran kehidupan hampir akan terhenti dan 'kereta usia' sudah mendekati rute terakhirnya? Sebagian orang shalih mendengar tangisan seseorang atas kematian temannya, lalu ia berkata dalam hatinya, "Aneh, kenapa ada kaum yang akan menjadi musafir menangisi musafir lain yang sudah sampai ke tempat tinggalnya?"

Berhati-hatilah!

Semoga anda tidak termasuk orang yang Alloh subhanahu wata'ala sebutkan, artinya: "Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila Malaikat (Maut) mencabut nyawa mereka seraya memukul muka mereka dan punggung mereka?" (QS: Muhammad: 27) Atau firman-Nya, yang artinya: "(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat zhalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata), 'Kami sekali-kali tidak ada mengerjakan sesuatu kejahatan pun." (Malaikat menjawab), "Ada, sesungguh-nya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan. "Maka masuklah ke pintu-pintu neraka Jahannam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombong-kan diri itu." (QS: An-Nahl: 28-29)

ahukah kamu bahwa kunjungan Malaikat Maut kepadamu akan mengakhiri hidupmu? Menyudahi aktivitasmu? Dan menutup lembaran-lembaran amalmu?
Tahukah kamu, setelah kunjungan-nya itu kamu tidak akan dapat lagi melakukan satu kebaikan pun? Tidak dapat melakukan shalat dua raka'at? Tidak dapat membaca satu ayat pun dari kitab-Nya? Tidak dapat bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, beristighfar walau pun sekali? Tidak dapat berpuasa sehari? Bersedekah dengan sesuatu meskipun sedikit? Tidak dapat melakukan haji dan umrah? Tidak dapat berbuat baik kepada kerabat atau pun tetangga?

'Kontrak' amalmu sudah berakhir dan engkau hanya menunggu perhitungan dan pembalasan atas kebaikan atau keburukanmu!!
Alloh subhanahu wata'ala berfirman, yang artinya: "(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikan lah aku (ke dunia)." Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan." Sekali-kali tidak. Sesungguh-nya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." (QS: Al-Mu'minun: 99-100)

Persiapkan Dirimu!

Mana persiapanmu untuk menemui Malaikat Maut? Mana persiapanmu menyongsong huru-hara setelahnya; di alam kubur ketika menghadapi pertanyaan, ketika di Padang Mahsyar, ketika hari Hisab, ketika ditimbang, ketika diperlihatkan lembaran amal kebaikan, ketika melintasi Shirath dan berdiri di hadapan Alloh Al-Jabbar? Dari 'Adi bin Hatim radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasululloh shallallahu 'alihi wasallam bersabda, yang artinya: "Tidak seorang pun dari kamu melainkan akan diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat, tidak ada penerjemah antara dirinya dan Dia, lalu ia memandang yang lebih beruntung darinya, maka ia tidak melihat kecuali apa yang telah diberikannya dan memandang yang lebih sial darinya, maka ia tidak melihat selain apa yang telah diberikannya. Lalu memandang di hadapannya, maka ia tidak melihat selain neraka yang berada di hadapan mukanya. Karena itu, takutlah api neraka walau pun dengan sebelah biji kurma dan walau pun dengan ucapan yang baik." (Muttafaqun 'alaih)

Berhitunglah Atas Dirimu!

Saudaraku, berhitunglah atas dirimu di saat senggangmu, berpikirlah betapa cepat akan berakhirnya masa hidupmu, bekerjalah dengan sungguh-sungguh di masa luangmu untuk masa sulit dan kebutuhanmu, renungkanlah sebelum melakukan suatu pekerjaan yang kelak akan didiktekan di lembaran amalmu.
Di mana harta benda yang telah kau kumpulkan? Apakah ia dapat menyelamatkanmu dari cobaan dan huru-hara itu? Sungguh, tidak! Kamu akan meninggalkannya untuk orang yang tidak pernah menyanjungmu dan maju dengan membawa dosa kepada Yang tidak akan memberikan toleransi padamu!

(Sumber Rujukan: Az-Zâ'ir Al-Akhîr karya Khalid bin Abu Shalih)

dari blog : http://arsipsiroh.wordpress.com


Share

0 comments:

Post a Comment