Twitter

Wednesday, May 16, 2012

Manado Today

Manado Today


Chocolatiers Pecahkan Rekor Patung Cokelat Terbesar di Dunia

Posted: 16 May 2012 12:39 AM PDT

patung cokelat terbesar

Dibutuhkan 400 jam dan 8.273 kilogram cokelat untuk memciptakan replika piramida Kukulcan ini

Chocolatiers telah berhasil memecahkan rekor dunia untuk patung coklat terbesar setelah membangun sebuah replika piramida Kukulcan, yang mirip dengan Chichen Itza di Meksiko dengan berat 18.239 pon (8.273 kilogram), atau setara dengan berat dua ekor gajah dewasa.

Piramida cokelat ini menghancurkan rekor sebelumnya yang diciptakan di Italia pada tahun 2010, yang beratnya hanya 10,736.5 pon (4.869 kilogram)

Bangunan lezat setinggi 1,8 meter dan lebar 3 meter, memakan waktu selama 400 jam bagi staf pada Qzina Specialty Foods di Irvine, California, untuk membuatnya.

Institut Qzina Chocolate & Pastry membuat piramida cokelat ini untuk merayakan ulang tahun ke-30 mereka, dan memilih tema bangsa Maya karena peran penting yang dimainkan budaya mereka dalam asal-usul cokelat.

Bangsa Maya salah satu peradaban pertama yang membudidayakan pohon kakao dan menemukan potensi sesungguhnya dari biji kakao. Bangsa Maya bahkan menyembah pohon Kakao dan memuji bijinya sebagai makanan para Dewa.

Koki dari Qzina yaitu Francois Mellet, adalah arsitek utama pada proyek ini yang meminjamkan sentuhan artistik untuk elemen rumit dari desain piramida cokelat ini.

Mellet, bersama dengan timnya menghabiskan lebih dari 400 jam membangun struktur dari cokelat padat yang megah ini, dengan menggunakan berbagai macam merek cokelat terkemuka Qzina.

Richard Foley, pendiri dan CEO Qzina, berkata: “Memecahkan Guinness World Record untuk membangun struktur cokelat terbesar menjadi karya Qzina yang terbesar.”

“Kami mempelajari piramida Maya untuk membuat replika yang tepat dari kuil Kukulcan di Chichen Itza. Itu penting bagi kita untuk menciptakan sesuatu yang berkesan dalam perayaan ulang tahun ke-30 dan pembukaan Institut Qzina Chocolate & Pastry.” tambahnya.

Piramida cokelat ini akan ditampilkan di Institut Qzina Chocolate & Pastry, yang terletak di Irvine, California, dan akan tersedia untuk dilihat dari bulan Juni sampai piramida ini dihancurkan pada 21 Desember 2012, tanggal dan tahun ketika kalender Maya berakhir.

Turki Klaim Burung Ini Adalah Mata-Mata Israel

Posted: 15 May 2012 09:56 PM PDT

mata-mata israel

Pihak berwenang Turki klaim burung ini adalah mata-mata Israel (beyaz gazete)

Pihak berwenang Turki mengklaim telah menemukan mayat mata-mata Israel di negara itu pekan lalu. Yaitu seekor burung.

Burung yang diduga mata-mata ini ditemukan di Gaziantep, dan dicuriga setelah cincin dengan nomor seri dan kata “Israel” tertera di atasnya, ditemukan di kaki sang burung, menurut laporan Ynet.

Sang “mata-mata” ini adalah “Merops Apiaster” (umumnya disebut burung Pemakan Lebah atau Bee Eater di wilayah Eropa). Burung itu ditemukan di sebuah distrik dikenal dengan peternakan lebahnya.

Sementara melabeli kaki burung sebelum mereka bermigrasi adalah praktek yang umum dalam ilmu burung (Masyarakat Perlindungan Alam di Israel menegaskan bahwa burung itu di labeli sekitar empat tahun lalu), namun pihak berwenang Turki mengatakan mereka memiliki bukti lebih memberatkan bahwa burung itu bagian dari spionase Israel: “Burung itu mempunyai lubang hidung yang luar biasa besar,” menurut Presiden Asosiasi peternak lebah mengatakan kepada Haberturk.

Gazete Beyaz melaporkan lubang hidung pada burung itu cukup besar untuk memasukkan sebuah microchip.

Bangkai burung yang ditemukan oleh penduduk setempat, pada awalnya diserahkan kepada Departemen Pertanian Turki, yang kemudian menyerahkan ke layanan keamanan Ankara.

Yoav Pearlman dari Pusat Pengawasan Burung Israel menjelaskan bahwa bagian utara Israel adalah rumah bagi populasi besar burung pemakan lebah ini, dan banyak datang ke negara itu sebelum melakukan perjalanan ke Turki, Eropa Selatan dan Rusia.

“Pihak berwenang Turki sekarang bisa tenang, burung itu bukan mata-mata,” kata Pearlman kepada Ynet.

Tetapi mengingat ketegangan antara hubungan Israel-Turki, otoritas Turki mungkin tidak akan percaya penjelasan Pearlman tersebut.

Seorang Siswi Meninggal Akibat Dokter Salah Diagnosis TBC Sebagai Penyakit ‘Cinta’

Posted: 15 May 2012 09:14 PM PDT

Alina Sarag

Alina Sarag meninggal karena TBC setelah dia dokter mengklaim dia terkena 'penyakit cinta' (newsteam)

Seorang siswi 15 tahun meninggal karena TBC setelah seorang dokter mengklaim ia terkena ‘mabuk cinta’.

Alina Sarag telah menemui lebih dari lima orang dokter di empat rumah sakit berbeda, tetapi petugas medis gagal untuk mendeteksi penyakitnya yang sebenarnya dapat disembuhkan ini.

Orang tuanya yang bingung bahkan memanggil dokter lebih dari 50 kali tentang kondisi sakit putri mereka tersebut, selama lebih dari empat bulan sebelum kematiannya pada tanggal 6 Januari tahun lalu.

Penyelidikan mendengar bahwa dokter Sharad Shripadrao Pandit, menuduh orang tuanya terlalu memanjakan putri mereka.

Namun yang paling mengejutkan adalah, Pandit bahkan mengklaim gejala yang disebabkan akibat sang gadis sedang ‘mabuk cinta’.

Sang ayah, Sultan Sarag (43), menuturkan hal ini kepada Pengadilan Koroner Birmingham: “Dokter menanyakan kepadanya: Apakah anda bertemu seseorang saat liburan? Apakah anda kehilangan dia?.”

Sultan merasa sangat menyedihkan bahwa dokter itu mengklaim anak gadisnya sedang mabuk cinta pada laki-laki.

“Dia mengatakan kepada putri saya, semua masalah ada di kepalanya dan dia sebaiknya menemui psikiater atau penyembuh spiritual. Itu benar-benar menghancurkan hatinya.” tutur Sultan.

Sultan juga mengklaim Pandit menolak untuk menguji putrinya untuk penyakit TBC.

“Dia (Pandit) berkata, Kita tidak memerlukan tes ini. Dan ia terus mengubah topik pembicaraan.” tambahnya.

Sultan yang juga sedang dirawat karena TBC, mengatakan bahwa putrinya muntah sampai 10 kali sehari dan harus digotong ke tempat tidur, seperti seorang wanita tua dengan kaki yang lemah.

Alina pertama kali terkena TBC pada 2009 lalu, setelah seorang gadis di sekolahnya didiagnosis dengan penyakit tersebut.

Ia diberi resep antibiotik di Klinik Chest di Birmingham, tetapi staf medis tidak pernah ditindaklanjuti perawatannya.

Alina kembali terkena TBC pada Juli 2010 setelah kembali dari perjalanan ke Pakistan dengan keluarganya.

Penyelidikan mendengar bahwa tes dahak sederhana mampu menunjukkan Alina menderita TBC, tetapi ini tidak pernah dilakukan.

Sebaliknya, dokter mengabaikan keprihatinan keluarganya dan mengatakan kepada mereka Alina menderita infeksi dada meskipun digolongkan sebagai pasien yang “berisiko tinggi”.

Berat badan Alina turun drastis, dan pada satu titik dia begitu sakit dan hanya bisa mentoleransi makanan bayi.

Setelah dokter di rumah sakit di Heartland tidak mendeteksi TBC, Alina dirawat di Rumah Sakit Sandwell, dimana ia tinggal selama lima hari.

Pada 6 Januari 2011 Alina dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami kesulitan bernapas dan dia akhirnya meninggal karena serangan jantung.

Penyelidikan atas kasus ini yang diperkirakan akan memakan waktu hingga enam hari dan mendengarkan keterangan dari 20 saksi, terus berlanjut.

Leica 1923 Jadi Kamera Paling Mahal di Dunia

Posted: 15 May 2012 08:24 PM PDT

kamera Leica

Hanya 25 dari prototipe kemera ini yang dibuat, dan hanya sekitar setengah yang masih awet

Sebuah kamera Leica 1923 yang langka berhasil terjual seharga 2.160.000 Euro (Rp 25,6 milliar) pada lelang di Wina pada akhir pekan lalu, sehingga membuatnya menjadi kamera yang paling mahal di dunia yang pernah dijual.

Seorang pembeli yang identitasnya tidak dipublikasikan memenangkan ‘perang’ penawaran untuk kamera antik buatan Jerman yang masih bekerja tersebut.

Kamera itu adalah salah satu dari sekitar 25 buah versi uji coba Leica 0-Series yang diproduksi pada tahun 1923, dua tahun sebelum dimulainya produksi massal.

Hanya setengah dari kamera-kamera tersebut yang dipelihara dengan baik, dan ketika suatu ketika mereka dilelang, kamera-kamera tersebut dapat laku dengan harga yang tinggi.

Tahun lalu, lain dari prototypces dibeli untuk 1.15 juta poundsterling (Rp 17,1 milliar) oleh seorang kolektor pribadi dari Asia.

Termasuk premi pembeli, harga yang dibayar pada lelang WestLicht pada Sabtu (12/05) lebih dari tujuh kali harga awal, yaitu sebesar 300.000 euro (Rp 4,4 miliar), kata WestLicht.

Tidak disebutkan nama pemilik sebelumnya, yang katanya adalah seorang kolektor pribadi di Eropa.

Harga rekor dunia sebelumnya untuk kamera, terjadi pada tahun lalu ketika seorang kolektor membayar 732.000 poundsterling (10,9 miliar) untuk Daguerreotype, kamera pertama di dunia yang diproduksi secara komersial.

0 comments:

Post a Comment